RZGT. ga - Washington DC Semua orang pasti mati, dengan berbagai penyebab. Dari
berita-berita di media massa, sejumlah orang mengira sebagian besar manusia
kehilangan nyawa akibat teror, serangan hiu, ledakan gas, sambaran petir,
kecelakaan pesawat, tubrukan Asteroid,
atau tsunami.
Namun, ternyata, bukan itu 'pembunuh' yang mengancam dunia, khususnya Amerika Serikat.
Bahkan ketika jumlah korban insiden tersebut disatukan, jumlahnya masih kalah jauh dari penyakit paling mematikan di AS: serangan jantung, yang menewaskan lebih dari 614 ribu orang di AS pada 2014 atau 23 persen menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Situs sains Live Science, menginvestigasi data CDC 2014 dan sumber lainnya. Mengatakan bahwa seseorang lebih berpotensi tewas terkait Alzheimer (29 kematian per 100 ribu orang di AS) daripada tergigit ular maupun kadal berbisa (5 per 100 ribu orang) pada 2014.
Total, tercatat ada 2,6 juta kematian pada 2014 di Amerika Serikat. Itu berarti ada 824 orang yang meninggal dunia per 100 ribu penduduk.
Sementara pada level global, diperkirakan 56 juta orang meninggal dunia pada 2012 karena berbagai sebab -- berdasarkan data teranyar yang dimiliki Badan Kesehatan Dunia (WHO).
2 Penyakit 'Paling Membunuh'
Dalam beberapa dekade lampau, infeksi menjadi pembunuh nomor satu manusia. "Namun, perkembangan antibiotik dan perawatan penyakit infeksi membuat manusia bisa hidup lebih lama," kata Dr. Maan Fares, staf kardiolog di Cleveland Clinic.
Dengan infeksi yang telah teratasi, manusia bisa bebas memilih gaya hidupnya -- misalnya menjadi perokok, bagaimana mengatur pola makan, dan seberapa rutin mereka melakukan olahraga. Pilihan tersebut menimbulkan konsekuensi lanjutan berupa munculnya penyakit baru, misalnya diabetes, tekanan darah tinggi, dan kolesterol naik.
Jadi, tak mengejutkan jika dua pembunuh teratas -- serangan jantung dan kanker -- secara kasar -- menjadi penyebab setengah kematian di Amerika Serikat.
Sekitar 193 per 100 ribu manusia tewas akibat masalah kardiovaskular, seperti serangan jantung di AS pada 2014.
Di dunia, penyakit kardiovaskular menewaskan 17,5 juta manusia, atau meliputi 3 dari setiap 10 kematian pada tahun 2012 berdasarkan data WHO.
Risiko penyakit jantung meningkat akibat merokok, gaya hidup yang tak sehat, dan kurang tidur.
Untuk menurunkan risiko meninggal akibat penyakit jantung, kita harus berolah raga, makan buah-buahan berwarna serta sayuran, dan mengurangi konsumsi alkohol.
Penyakit kanker menduduki peringkat kedua dengan 186 kematian per 100 ribu penduduk di AS.
Sejumlah jenis kanker lebih mematikan dari yang lainnya. Teratas adalah kanker paru-paru dan bronkitis -- yang membunuh 155 ribu orang pada 2014 atau 49 kematian per 100 ribu penduduk.
Sementara, kanker usus besar dan rektum menewaskan 16 manusia per 100 ribu penduduk. Dan kanker mengambil 13 nyawa per 100 ribu penduduk.
Menyusul kemudian kanker pankreas dan prostat, yang meyebabkan 12,7 dan 9 kematian per 100 ribu penduduk.
"Kita belum mengetahui persis apa gerangan penyebab kanker, namun kita menyadari bahwa setiap kanker berbeda, dan faktor risikonya pun masing-masing," kata Dr. Rupal O'Quinn, ahli kardio-onkologi di University of Pennsylvania, seperti dikutip Liputan6.com, Rabu (10/2/2016).
Orang dengan kanker bisa hidup lebih lama, bahkan mengalahkan penyakit mereka berkat pemindaian awal, transplantasi organ, dan terapi obat yang bertujuan melumpuhkan sel kanker.
Ada 3 juta penyintas (survivor) kanker di AS pada 1971, dan lebih dari 12 juta pada 2012, berdasarkan studi International Journal of Medical Sciences.
Namun, ternyata, bukan itu 'pembunuh' yang mengancam dunia, khususnya Amerika Serikat.
Bahkan ketika jumlah korban insiden tersebut disatukan, jumlahnya masih kalah jauh dari penyakit paling mematikan di AS: serangan jantung, yang menewaskan lebih dari 614 ribu orang di AS pada 2014 atau 23 persen menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Situs sains Live Science, menginvestigasi data CDC 2014 dan sumber lainnya. Mengatakan bahwa seseorang lebih berpotensi tewas terkait Alzheimer (29 kematian per 100 ribu orang di AS) daripada tergigit ular maupun kadal berbisa (5 per 100 ribu orang) pada 2014.
Total, tercatat ada 2,6 juta kematian pada 2014 di Amerika Serikat. Itu berarti ada 824 orang yang meninggal dunia per 100 ribu penduduk.
Sementara pada level global, diperkirakan 56 juta orang meninggal dunia pada 2012 karena berbagai sebab -- berdasarkan data teranyar yang dimiliki Badan Kesehatan Dunia (WHO).
2 Penyakit 'Paling Membunuh'
Dalam beberapa dekade lampau, infeksi menjadi pembunuh nomor satu manusia. "Namun, perkembangan antibiotik dan perawatan penyakit infeksi membuat manusia bisa hidup lebih lama," kata Dr. Maan Fares, staf kardiolog di Cleveland Clinic.
Dengan infeksi yang telah teratasi, manusia bisa bebas memilih gaya hidupnya -- misalnya menjadi perokok, bagaimana mengatur pola makan, dan seberapa rutin mereka melakukan olahraga. Pilihan tersebut menimbulkan konsekuensi lanjutan berupa munculnya penyakit baru, misalnya diabetes, tekanan darah tinggi, dan kolesterol naik.
Jadi, tak mengejutkan jika dua pembunuh teratas -- serangan jantung dan kanker -- secara kasar -- menjadi penyebab setengah kematian di Amerika Serikat.
Sekitar 193 per 100 ribu manusia tewas akibat masalah kardiovaskular, seperti serangan jantung di AS pada 2014.
Di dunia, penyakit kardiovaskular menewaskan 17,5 juta manusia, atau meliputi 3 dari setiap 10 kematian pada tahun 2012 berdasarkan data WHO.
Risiko penyakit jantung meningkat akibat merokok, gaya hidup yang tak sehat, dan kurang tidur.
Untuk menurunkan risiko meninggal akibat penyakit jantung, kita harus berolah raga, makan buah-buahan berwarna serta sayuran, dan mengurangi konsumsi alkohol.
Penyakit kanker menduduki peringkat kedua dengan 186 kematian per 100 ribu penduduk di AS.
Sejumlah jenis kanker lebih mematikan dari yang lainnya. Teratas adalah kanker paru-paru dan bronkitis -- yang membunuh 155 ribu orang pada 2014 atau 49 kematian per 100 ribu penduduk.
Sementara, kanker usus besar dan rektum menewaskan 16 manusia per 100 ribu penduduk. Dan kanker mengambil 13 nyawa per 100 ribu penduduk.
Menyusul kemudian kanker pankreas dan prostat, yang meyebabkan 12,7 dan 9 kematian per 100 ribu penduduk.
"Kita belum mengetahui persis apa gerangan penyebab kanker, namun kita menyadari bahwa setiap kanker berbeda, dan faktor risikonya pun masing-masing," kata Dr. Rupal O'Quinn, ahli kardio-onkologi di University of Pennsylvania, seperti dikutip Liputan6.com, Rabu (10/2/2016).
Orang dengan kanker bisa hidup lebih lama, bahkan mengalahkan penyakit mereka berkat pemindaian awal, transplantasi organ, dan terapi obat yang bertujuan melumpuhkan sel kanker.
Ada 3 juta penyintas (survivor) kanker di AS pada 1971, dan lebih dari 12 juta pada 2012, berdasarkan studi International Journal of Medical Sciences.
Namun,"masih
banyak yang harus dipelari soal kanker," kata dokter perempuan itu.
Risiko kanker juga berbeda-beda tiap wilayah. Misalnya, kanker kerongkongan membunuh sekitar 4 per 100 ribu orang per tahun di AS, sementara di Asia Tengah menewaskan 140 per 100 ribu penduduk, misalnya di Pakistan. Demikian menurut studi Annals of Oncology pada 2004.
Alasannya? Para peneliti menduga, kasus yang tinggi tersebut terkait kebiasaan mengunyah tembakau dan meminum minuman superpanas seperti teh dan kahwa. Studi di utara Iran pada 2009 menunjukkan minum minuman superpanas terkait meningkatkan risiko kanker kerongkongan.
Semakin bertambah usia, makin tinggi risiko kanker yang dihadapi. Faktor pemicu penyakit tersebut juga bisa datang dari kebiasaan merokok, mencoklatkan kulit dengantanning bed, atau duduk terlampau lama.
Untuk memperkecil risiko kanker, periksakan diri Anda ke dokter, olahraga, dan diet sehat.
Bunuh Diri dan Kecelakaan
Risiko kanker juga berbeda-beda tiap wilayah. Misalnya, kanker kerongkongan membunuh sekitar 4 per 100 ribu orang per tahun di AS, sementara di Asia Tengah menewaskan 140 per 100 ribu penduduk, misalnya di Pakistan. Demikian menurut studi Annals of Oncology pada 2004.
Alasannya? Para peneliti menduga, kasus yang tinggi tersebut terkait kebiasaan mengunyah tembakau dan meminum minuman superpanas seperti teh dan kahwa. Studi di utara Iran pada 2009 menunjukkan minum minuman superpanas terkait meningkatkan risiko kanker kerongkongan.
Semakin bertambah usia, makin tinggi risiko kanker yang dihadapi. Faktor pemicu penyakit tersebut juga bisa datang dari kebiasaan merokok, mencoklatkan kulit dengantanning bed, atau duduk terlampau lama.
Untuk memperkecil risiko kanker, periksakan diri Anda ke dokter, olahraga, dan diet sehat.
Bunuh Diri dan Kecelakaan
Di AS, setelah
kanker, 'pembunuh' terbesar lain adalah penyakit pernapasan dan kecelakaan.
Penyakit pernapasan seperti bronkitis, emphysema atau penyakit paru-paru kronis akibat paparan polusi, dan asma menewaskan 46 orang per 100 ribu penduduk pada 2014. Membuang jauh-jauh kebiasaan merokok bisa memperkecil polusinya.
Menghindari kecelakaan juga penting dilakukan. Insiden tersebut menewaskan 43 orang per 100 ribu penduduk, atau sekitar 5 persen kematian di AS.
Ikuti nasihat ini ketika di jalan raya: Lepas headphone saat berjalan di area perkotaan. Sebab, perangkat tersebut akan mendistraksi perhatian Anda. Dan, kurangi kecepatan saat mengemudi.
Termasuk lima besar penyebab kematian pada 2014 di AS adalah cerebrovascular disease alias stroke, yang menewaskan 42 orang per 100 ribu penduduk.
Penyakit lain yang tak kalah bahaya adalah influenza dan pneumonia. Keduanya menewaskan sekitar 17 orang per 100 ribu penduduk atau sekitar 55 ribu manusia -- 23.700 di antaranya menimpa pasien berusia 85 tahun ke atas dan 186 lainnya pada pasien yang usianya di bawah 1 tahun.
Berita baiknya, sejumlah penyakit flu bisa dicegah lewat vaksinasi.
Sementara, bunuh diri mengakhiri nyawa 42.700 orang di AS pada 2014. Itu berarti ada 13 kasus bunuh diri per 100 ribu penduduk.
Bunuh diri menjadi penyebab kematian ke-10 di AS, lebih banyak dari mereka yang tewas akibat serangan pada tahun yang sama.
Bagaimana dengan HIV/AIDS?
HIV menewaskan sekitar 6.700 orang di Amerika Serikat pada 2014, atau sekitar 2 per 100 ribu penduduk. Angka tersebut lebih kecil dibanding pada tahun 1999, di mana 14.800 orang tewas -- atau 5 per 100 ribu manusia-- akibat HIV.
Sementara, di tataran global, sekitar 1,2 juta orang -- termasuk 150 ribu anak berusia di bawah 15 tahun meninggal terkait HIV pada 2014.
Penyakit pernapasan seperti bronkitis, emphysema atau penyakit paru-paru kronis akibat paparan polusi, dan asma menewaskan 46 orang per 100 ribu penduduk pada 2014. Membuang jauh-jauh kebiasaan merokok bisa memperkecil polusinya.
Menghindari kecelakaan juga penting dilakukan. Insiden tersebut menewaskan 43 orang per 100 ribu penduduk, atau sekitar 5 persen kematian di AS.
Ikuti nasihat ini ketika di jalan raya: Lepas headphone saat berjalan di area perkotaan. Sebab, perangkat tersebut akan mendistraksi perhatian Anda. Dan, kurangi kecepatan saat mengemudi.
Termasuk lima besar penyebab kematian pada 2014 di AS adalah cerebrovascular disease alias stroke, yang menewaskan 42 orang per 100 ribu penduduk.
Penyakit lain yang tak kalah bahaya adalah influenza dan pneumonia. Keduanya menewaskan sekitar 17 orang per 100 ribu penduduk atau sekitar 55 ribu manusia -- 23.700 di antaranya menimpa pasien berusia 85 tahun ke atas dan 186 lainnya pada pasien yang usianya di bawah 1 tahun.
Berita baiknya, sejumlah penyakit flu bisa dicegah lewat vaksinasi.
Sementara, bunuh diri mengakhiri nyawa 42.700 orang di AS pada 2014. Itu berarti ada 13 kasus bunuh diri per 100 ribu penduduk.
Bunuh diri menjadi penyebab kematian ke-10 di AS, lebih banyak dari mereka yang tewas akibat serangan pada tahun yang sama.
Bagaimana dengan HIV/AIDS?
HIV menewaskan sekitar 6.700 orang di Amerika Serikat pada 2014, atau sekitar 2 per 100 ribu penduduk. Angka tersebut lebih kecil dibanding pada tahun 1999, di mana 14.800 orang tewas -- atau 5 per 100 ribu manusia-- akibat HIV.
Sementara, di tataran global, sekitar 1,2 juta orang -- termasuk 150 ribu anak berusia di bawah 15 tahun meninggal terkait HIV pada 2014.
Sejumlah
penyakit yang mewabah di dunia, justru tak terlalu berdampak di AS, misalnya
malaria dan TBC.
Overdosis dan Serangan Binatang
Pada 2014, sekitar 47.055 orang tewas akibat overdosis di Amerika Serikat atau 14,7 kematian per 100 ribu penduduk. Jumlah ini mengkhawatirkan karena meningkat 6,5 persen dari tahun sebelumnya, demikian berdasarkan data CDC.
Pada tahun tersebut, kematian akibat overdosis lebih tinggi 1,5 kali daripada akibat kecelakaan akibat kendaraan bermotor.
Ketika banyak orang berpikir hiu sebagai 'hewan paling mematikan, data CDC mengungkap tak ada data korban tewas pada 2014 akibat kontak dengan hewan laut seperti hiu dan paus. Pun dengan kematian akibat gigitan buaya atau alligator.
Namun, pada 2014 tercatat 6 orang tewas akibat digigit serangga tak berbisa, 36 tewas akibat gigitan anjing, dan 83 lainnya kehilangan nyawa akibat tertabrak mamalia -- kecuali anjing -- seperti sapi atau kuda.
Setelah nyamuk pembawa penyakit, hewan paling mematikan mungkin adalah ular. Gigitan ular menewaskan 20 ribu manusia di dunia setiap tahunnya -- demikian studi yang dipublikasikan di jurnal PLOS Medicine.
Transportasi atau Terorisme
Di AS, orang lebih mungkin tewas saat berjalan kaki atau berada di jalanan ketimbang akibat TBC atau dimangsa hewan buas.
Ada 37 ribu kematian akibat kecelakaan termasuk mobil, kereta, motor, dan kapal. Angka tersebut termasuk 6.200 pejalan kaki yang tertabrak kendaraan.
Di AS, jumlah pejalan kaki yang tewas pada 2014 lebih banyak dari pengendara motor dan pesepeda.
Sementara, pada 2014, di seluruh dunia ada 32.700 kematian akibat terorisme. Demikian menurut data Kementerian Luar Negeri AS.
Lebih dari 6.200 dari 32.700 orang (19 persen) tewas adalah pelaku. Orang-orang ini meninggal setelah bunuh diri atau akibat serangan balik aparat keamanan juga pihak korban.
Serangan teroris terjadi di 95 negara, namun 78 persen dari semua kematian terjadi di Irak, Nigeria, Afghanistan, Pakistan, dan Suriah.
Bencana Alam
Kesiapsiagaan bisa menjadi penentu ketika bencana alam terjadi. Berdasarkan data National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), ada 2.400 tsunami menerjang sejak 2.000 tahun Sebelum Masehi dan menewaskan sekitar 500 ribu manusia.
Tsunami Aceh 2004 dan Fukushima 2011 termasuk yang terparah dan paling mematikan.
Vasily Titov, ahli kelautan di NOAA Center for Tsunami Research di Seattle mengatakan, perbedaan utama dari kedua bencana tersebut adalah soal kesiapsiagaannya.
Lebih sedikit yang tewas di Jepang karena penduduk di sana lebih sadar bahaya tsunami. Ratusan ribu manusia sudah diamankan di penampungan sebelum dan pascabencana.
Kesiapsiagaan menghadapi tsunami mungkin akan menyelamatkan lebih banyak nyawa manusia di masa depan.
Jutaan manusia tinggal di wilayah pesisir besar, seperti Samudera Pasifik dan Hindia, berisiko terkena tsunami. Dan jumlahnya terus bertambah.
Pada tahun 2000, sekitar 625, 2 juta orang tinggal di pesisir pantai, demikian menurut studi yang dipublikasikan pada 2015 di jurnal PLOS ONE.
Para peneliti memperkirakan antara 879 juta hingga 949 juta orang akan tinggal di daerah berelevasi rendah pada 2030 -- yang membuat sistem peringatan diri dan kesiapsiagaan tsunami kian penting.
Misalnya di Chile. Pada 2010, gempa 8,8 SR memicu tsunami di negeri Amerika Latin itu. Sekitar 500 manusia tewas akibat lindu dan gelombang raksasa.
Pada 2015, gempa 8,3 SR di Chile juga memicu tsunami, namun berkat kesiapsiagaan, 'hanya' 5 orang yang tewas.
Tak seperti tsunami, tak ada sistem peringatan dini untuk gempa. Sejumlah guncangan hebat menyebabkan 8 manusia tewas di AS dari 1999-2014.
Di seluruh dunia, gempa bumi telah membunuh puluhan ribu orang. Diperkirakan 629 orang meninggal akibat gempa bumi pada tahun 2012; sekitar 22.000 manusia pada tahun 2011; dan 320.120 nyawa pada tahun 2010 -- sebagian besar akibat gempa 7 SR di Haiti.
Tanah longsor juga bisa menyebabkan malapetaka. Sebanyak 549 orang tewas dalam bencana alam tersebut pada 1999-2014 di Amerika Serikat. Tahun paling mematikan adalah 2014, dengan 85 kematian, termasuk 43 kematian akibat longsor di Oso, Washington.
Di sisi lain, Bumi juga bisa mengalami ancaman dari luar. Misalnya dari asteroid.
Sebuah asteroid raksasa diduga memusnahkan 75 persen dari seluruh spesies (termasuk dinosaurus) sekitar 65 juta tahun yang lalu, pada akhir periode Cretaceous.
Overdosis dan Serangan Binatang
Pada 2014, sekitar 47.055 orang tewas akibat overdosis di Amerika Serikat atau 14,7 kematian per 100 ribu penduduk. Jumlah ini mengkhawatirkan karena meningkat 6,5 persen dari tahun sebelumnya, demikian berdasarkan data CDC.
Pada tahun tersebut, kematian akibat overdosis lebih tinggi 1,5 kali daripada akibat kecelakaan akibat kendaraan bermotor.
Ketika banyak orang berpikir hiu sebagai 'hewan paling mematikan, data CDC mengungkap tak ada data korban tewas pada 2014 akibat kontak dengan hewan laut seperti hiu dan paus. Pun dengan kematian akibat gigitan buaya atau alligator.
Namun, pada 2014 tercatat 6 orang tewas akibat digigit serangga tak berbisa, 36 tewas akibat gigitan anjing, dan 83 lainnya kehilangan nyawa akibat tertabrak mamalia -- kecuali anjing -- seperti sapi atau kuda.
Setelah nyamuk pembawa penyakit, hewan paling mematikan mungkin adalah ular. Gigitan ular menewaskan 20 ribu manusia di dunia setiap tahunnya -- demikian studi yang dipublikasikan di jurnal PLOS Medicine.
Transportasi atau Terorisme
Di AS, orang lebih mungkin tewas saat berjalan kaki atau berada di jalanan ketimbang akibat TBC atau dimangsa hewan buas.
Ada 37 ribu kematian akibat kecelakaan termasuk mobil, kereta, motor, dan kapal. Angka tersebut termasuk 6.200 pejalan kaki yang tertabrak kendaraan.
Di AS, jumlah pejalan kaki yang tewas pada 2014 lebih banyak dari pengendara motor dan pesepeda.
Sementara, pada 2014, di seluruh dunia ada 32.700 kematian akibat terorisme. Demikian menurut data Kementerian Luar Negeri AS.
Lebih dari 6.200 dari 32.700 orang (19 persen) tewas adalah pelaku. Orang-orang ini meninggal setelah bunuh diri atau akibat serangan balik aparat keamanan juga pihak korban.
Serangan teroris terjadi di 95 negara, namun 78 persen dari semua kematian terjadi di Irak, Nigeria, Afghanistan, Pakistan, dan Suriah.
Bencana Alam
Kesiapsiagaan bisa menjadi penentu ketika bencana alam terjadi. Berdasarkan data National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), ada 2.400 tsunami menerjang sejak 2.000 tahun Sebelum Masehi dan menewaskan sekitar 500 ribu manusia.
Tsunami Aceh 2004 dan Fukushima 2011 termasuk yang terparah dan paling mematikan.
Vasily Titov, ahli kelautan di NOAA Center for Tsunami Research di Seattle mengatakan, perbedaan utama dari kedua bencana tersebut adalah soal kesiapsiagaannya.
Lebih sedikit yang tewas di Jepang karena penduduk di sana lebih sadar bahaya tsunami. Ratusan ribu manusia sudah diamankan di penampungan sebelum dan pascabencana.
Kesiapsiagaan menghadapi tsunami mungkin akan menyelamatkan lebih banyak nyawa manusia di masa depan.
Jutaan manusia tinggal di wilayah pesisir besar, seperti Samudera Pasifik dan Hindia, berisiko terkena tsunami. Dan jumlahnya terus bertambah.
Pada tahun 2000, sekitar 625, 2 juta orang tinggal di pesisir pantai, demikian menurut studi yang dipublikasikan pada 2015 di jurnal PLOS ONE.
Para peneliti memperkirakan antara 879 juta hingga 949 juta orang akan tinggal di daerah berelevasi rendah pada 2030 -- yang membuat sistem peringatan diri dan kesiapsiagaan tsunami kian penting.
Misalnya di Chile. Pada 2010, gempa 8,8 SR memicu tsunami di negeri Amerika Latin itu. Sekitar 500 manusia tewas akibat lindu dan gelombang raksasa.
Pada 2015, gempa 8,3 SR di Chile juga memicu tsunami, namun berkat kesiapsiagaan, 'hanya' 5 orang yang tewas.
Tak seperti tsunami, tak ada sistem peringatan dini untuk gempa. Sejumlah guncangan hebat menyebabkan 8 manusia tewas di AS dari 1999-2014.
Di seluruh dunia, gempa bumi telah membunuh puluhan ribu orang. Diperkirakan 629 orang meninggal akibat gempa bumi pada tahun 2012; sekitar 22.000 manusia pada tahun 2011; dan 320.120 nyawa pada tahun 2010 -- sebagian besar akibat gempa 7 SR di Haiti.
Tanah longsor juga bisa menyebabkan malapetaka. Sebanyak 549 orang tewas dalam bencana alam tersebut pada 1999-2014 di Amerika Serikat. Tahun paling mematikan adalah 2014, dengan 85 kematian, termasuk 43 kematian akibat longsor di Oso, Washington.
Di sisi lain, Bumi juga bisa mengalami ancaman dari luar. Misalnya dari asteroid.
Sebuah asteroid raksasa diduga memusnahkan 75 persen dari seluruh spesies (termasuk dinosaurus) sekitar 65 juta tahun yang lalu, pada akhir periode Cretaceous.
Namun, tidak
ada kematian manusia yang pernah tercatat akibat asteroid. Sebuah meteorit
dilaporkan membunuh seorang pria di India selatan pada 6 Februari lalu, namun
belum ada konfirmasi NASA terkait insiden itu.
Laporan cedera
akibat batu angkasa juga amat jarang sebelum insiden Chelyabinsk 3 tahun lalu.
Petir jauh lebih mematikan dari asteroid. Ada 25 kematian di Amerika Serikat akibat halilintar pada 2014.
Petir jauh lebih mematikan dari asteroid. Ada 25 kematian di Amerika Serikat akibat halilintar pada 2014.
Badai dahsyat
-- seperti tornado, badai debu dan gelombang pasang lebih 'membunuh' --
menyebabkan kematian 61 orang di AS pada tahun 2014.
Blogger Comment
Facebook Comment