RZGT.ga
- Politikus
PDIP Eva Kusuma Sundari menyayangkan kasus yang menjerat koleganya, Masinton
Pasaribu. Apalagi, kasus ini berkaitan dengan kekerasan terhadap perempuan.
Masinton dilaporkan ke Bareskrim Polri karena diduga memukul asisten
pribadinya, Dita Aditia
Ismawati.
"Kita hormati upaya Dita mencari keadilan secara politik maupun hukum. Serta, Masinton untuk membela diri," ujar Eva kepada RZGT.ga di Jakarta, Selasa (2/2/2016).
Menurut anggota Komisi I DPR RI itu, kasus Masinton ini hanya tinggal menunggu lembaga yang berotoritas seperti Mahkamah Kehormatan Partai, Mahkamah Kehormatan Dewan, serta para aparat penegak hukum.
"Dengan berbasis data, fakta, serta bukti-bukti hukum," tutur Eva.
Meski demikian, wanita yang menggantikan posisi Pramono Anung di DPR itu pun mengungkapkan, kabar tersebut merupakan pil pahit bagi partainya, karena tidak menolerir kekerasan kepada kaum hawa.
"Ini pahit bagi PDIP. Karena kita tidak mentolerir kekerasan terhadap perempuan oleh siapapun dengan alasan apapun," ujar dia.
Mesiki demikian, mantan Anggota Komisi III DPR itu pun, menyayangkan status Dita, yang ternyata bukan dari partai berlambang banteng bermoncong putih itu, melainkan dari Nasdem.
"Situasi menjadi tidak nyaman karena (aspri) yang harusnya kader sendiri, ternyata kader Parpol Nasdem dan di advokasi teman-teman Nasdem," ucap Eva.
Namun, dia berharap masalah segera terselesaikan dengan baik. "Dan bisa menghindarkan kasus ini dari politisasi, yang tentu mengaburkan substansi masalah," pungkas Eva.
Ketika di Bareskrim, Dita mengungkapkan dia dipukul Masinton 2 kali di matanya. Menurut dia, kejadian itu bermula pada 21 Januari saat dia sedang kumpul bersama dengan temannya di Camden Bar, Cikini, Jakarta Pusat.
Di mana, saat kumpul tersebut, Masinton menghubungi Dita dan menayakan keberadaannya. Kemudian politikus PDIP itu pun menjemput dita. Di tengah jalan, kata Dita, dia sempat dimarahi dan dimaki oleh Masinton yang membuatnya menangis. Kemudian, dugaan penganiyaan pun terjadi, dengan memukul bagian pelipis Dita sebanyak 2 kali.
"Kita hormati upaya Dita mencari keadilan secara politik maupun hukum. Serta, Masinton untuk membela diri," ujar Eva kepada RZGT.ga di Jakarta, Selasa (2/2/2016).
Menurut anggota Komisi I DPR RI itu, kasus Masinton ini hanya tinggal menunggu lembaga yang berotoritas seperti Mahkamah Kehormatan Partai, Mahkamah Kehormatan Dewan, serta para aparat penegak hukum.
"Dengan berbasis data, fakta, serta bukti-bukti hukum," tutur Eva.
Meski demikian, wanita yang menggantikan posisi Pramono Anung di DPR itu pun mengungkapkan, kabar tersebut merupakan pil pahit bagi partainya, karena tidak menolerir kekerasan kepada kaum hawa.
"Ini pahit bagi PDIP. Karena kita tidak mentolerir kekerasan terhadap perempuan oleh siapapun dengan alasan apapun," ujar dia.
Mesiki demikian, mantan Anggota Komisi III DPR itu pun, menyayangkan status Dita, yang ternyata bukan dari partai berlambang banteng bermoncong putih itu, melainkan dari Nasdem.
"Situasi menjadi tidak nyaman karena (aspri) yang harusnya kader sendiri, ternyata kader Parpol Nasdem dan di advokasi teman-teman Nasdem," ucap Eva.
Namun, dia berharap masalah segera terselesaikan dengan baik. "Dan bisa menghindarkan kasus ini dari politisasi, yang tentu mengaburkan substansi masalah," pungkas Eva.
Ketika di Bareskrim, Dita mengungkapkan dia dipukul Masinton 2 kali di matanya. Menurut dia, kejadian itu bermula pada 21 Januari saat dia sedang kumpul bersama dengan temannya di Camden Bar, Cikini, Jakarta Pusat.
Di mana, saat kumpul tersebut, Masinton menghubungi Dita dan menayakan keberadaannya. Kemudian politikus PDIP itu pun menjemput dita. Di tengah jalan, kata Dita, dia sempat dimarahi dan dimaki oleh Masinton yang membuatnya menangis. Kemudian, dugaan penganiyaan pun terjadi, dengan memukul bagian pelipis Dita sebanyak 2 kali.
Sementara,
Masinton sendiri ketika dikofirmasi membantah melakukan dugaan pemukulan. Dia
justru menduga ada motif politis di belakang pelaporan itu.
"Aku
dituduh mukul dia, ini jelas pembunuhan karakter. Karena kejadiannya itu
tanggal 21 Januari 2016, sudah mau sepuluh hari, terus tiba-tiba melakukan
pelaporan ke polisi. Ya aneh," ujar Masinton Sabtu 30 Januari 2016.
Blogger Comment
Facebook Comment