RZGT.ga
- Kurangnya
pendidikan seks sejak dini bisa menjadi pemicu seks bebas di kalangan remaja.
Badan Pusat Statistik 2012 mengungkapkan, angka kehamilan remaja pada usia
15-19 tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan. Tingginya angka kehamilan remaja
ini sekaligus menyumbang jumlah kematian ibu dan bayi di Tanah Air. Lantas
apa yang bisa dilakukan setelah kehamilan tak diinginkan itu terjadi?
Bagi remaja, konselor dan sex therapists, Deidre mengatakan, pertama-tama yang harus dilakukan adalah saling jujur antarpasangan. Bagaimanapun, laki-laki juga harus minta maaf karena tidak menggunakan pelindung saat berhubungan seksual.
"Minta juga konfirmasi medis bila pasangan hamil dan bila perlu lakukan tes DNA setelah bayi lahir. Bukan bermaksud tidak percaya, namun ini untuk menjelaskan yang sebenarnya kepada orangtua kalau Anda benar-benar melakukan kesalahan dan meminta bantuan orang dewasa," katanya, seperti dikutip The Sun, Senin (1/2/2016).
Meski akan sulit, kata dia, namun jangan buru-buru ambil keputusan untuk berhenti sekolah atau melakukan aborsi. "Semua harus direncanakan sekalipun keduanya harus menikah. Dan yang terpenting, ini harus menjadi pelajaran pentingnya berhubungan seks menggunakan kondom sampai Anda yakin untuk memulai sebuah keluarga," katanya.
Sebelumnya Psikolog Seksual, Zoya Amirin mengatakan pentingnya orangtua juga berpikir jernih saat menghadapi anaknya yang menghamili atau menjadi korban ini. Sebab beberapa risiko aborsi bukan hanya rusaknya rahim namun juga meningkatkan risiko kanker serviks.
Dan lagi, jangan memaksakan anak untuk menikah dengan orang yang menghamilinya, sebab pria tersebut belum tentu bisa bertanggung jawab.
"Jangan salahkan anak Anda. Tapi komunikasikan dengan baik hingga ada solusi. Bila terasa berat menjalaninya, Anda bisa datang ke Pusat Krisis Terpadu (PKT) RSCM untuk meminta bantuan," pungkasnya.
Bagi remaja, konselor dan sex therapists, Deidre mengatakan, pertama-tama yang harus dilakukan adalah saling jujur antarpasangan. Bagaimanapun, laki-laki juga harus minta maaf karena tidak menggunakan pelindung saat berhubungan seksual.
"Minta juga konfirmasi medis bila pasangan hamil dan bila perlu lakukan tes DNA setelah bayi lahir. Bukan bermaksud tidak percaya, namun ini untuk menjelaskan yang sebenarnya kepada orangtua kalau Anda benar-benar melakukan kesalahan dan meminta bantuan orang dewasa," katanya, seperti dikutip The Sun, Senin (1/2/2016).
Meski akan sulit, kata dia, namun jangan buru-buru ambil keputusan untuk berhenti sekolah atau melakukan aborsi. "Semua harus direncanakan sekalipun keduanya harus menikah. Dan yang terpenting, ini harus menjadi pelajaran pentingnya berhubungan seks menggunakan kondom sampai Anda yakin untuk memulai sebuah keluarga," katanya.
Sebelumnya Psikolog Seksual, Zoya Amirin mengatakan pentingnya orangtua juga berpikir jernih saat menghadapi anaknya yang menghamili atau menjadi korban ini. Sebab beberapa risiko aborsi bukan hanya rusaknya rahim namun juga meningkatkan risiko kanker serviks.
Dan lagi, jangan memaksakan anak untuk menikah dengan orang yang menghamilinya, sebab pria tersebut belum tentu bisa bertanggung jawab.
"Jangan salahkan anak Anda. Tapi komunikasikan dengan baik hingga ada solusi. Bila terasa berat menjalaninya, Anda bisa datang ke Pusat Krisis Terpadu (PKT) RSCM untuk meminta bantuan," pungkasnya.
Blogger Comment
Facebook Comment